Minggu, 18 Mei 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOPOROSIS


A.    KONSEP MEDIK
1.      Definisi
·           Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang kronik dan progresif, yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan struktural jaringan tulang, yang dapat mengakibatkan kerapuhan tulang. (Sharon L. Lewis, 2007).
·           Osteoporosis adalah penyakit metabolik dimana terjadi demineralisasi tulang yang menyebabkan penurunan densitas dan berikutnya menyebabkan fraktur. (Donna Ignatavicius, 2002).
2.      Klasifikasi
-            Osteoporosis primer : kondisi ini lebih sering terjadi, dan bukan karena kondisi patologis. Osteoporosis primer dapat terjadi pada pria dan wanita pada berbagai usia tetapi lebih sering terjadi pada wanita setelah menopause dan pria pada usia lanjut. Osteoporosis primer dibagai lagi menjadi 2 subtipe yaitu :
a.    Tipe I (postmenopause) : terjadi pada wanita antara usia 55 dan 65 tahun.
b.    Tipe II (senile) : terjadi pada usia lebih dari 65 tahun.
-            Osteoporosis sekunder : disebabkan karena kondisi medis, seperti hiperparatiroid, terapi obat jangka panjang seperti kortikodteroid ataupun karena imobilisasi yang lama, seperti pada pasien dengan injuri spinal cord.
3.      Anatomi Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan rangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Komponen-komponen nonselular utama dar jaringan tulang adalah mineral-mineral dan matriks organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini memampatkan kekuatan tulang. Matriks organik tulang disebut juga sebagai osteoid. Materi organik lain yang menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.
Bagian-bagian khas dari sebuah tulang panjang :
·           Diafisis atau batang, adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. Sumsum kuning terdapat pada diafisis, terutama terdiri dari sel-sel lemak.
·           Metafisis, adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel-sel hematopoietik.  Sumsum merah juga terdapat di bagian epifisis dan diafisis tulang.
·           Lempeng epifisis, adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akna menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang berhenti.
Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut perioteum yang mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi yang berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi khusus. Lokasi dan keutuhan dari arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu tulang yang patah.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang terususun dari tiga jenis sel : osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan prteoglikan sebagai metriks tulang atau jaringan oeteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jarigan osteoid, osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranana penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki alirah darah, dengan semikian maka kadar fosfatase alkali dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker tulang.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang padat.
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

4.      Etiologi
Faktor risiko :
-            Usia tua
-            Wanita
-            Kurus
-            Riwayat keluarga dengan osteoporosis
-            Diet rendah kalsium
-            Etnik kulit putih atau orang asia
-            Konsumsi alkohol berlebihan
-            Perokok
-            Gaya hidup inaktif
-            Penggunaan kortikosteroid, pengganti tiroid, heparin, sedativ long-acting, atau obat antikejang dalam jangka panjang
-            Postmenopause, termasuk menopause dini atau menopause akibat operasi
-            Riwayat anorexia nervosa atau bulimia, penyakit liver kronik, atau sindrom malabsorpsi
-            Konsumsi kafein berlebihan
-            Level testosteron rendah (hipogonadisme pada laki-laki)
5.      Manifestasi Klinis
Osteoporosis sering disebut “silent disease” karena kehilangan tulang timbul tanpa gejala. Seseorang tidak mengetahui ia mempunya osteoporosis sampai tulang mereka menjadi sangat lemah sehingga tiba-tiba berbunyi, berbenjol atau jatuh akibat fraktur panggul, vertebra, atau pergelangan tangan. Memendeknya vertebra dapat didahului dengan nyeri punggung, penurunan tinggi badan, atau deformitas spinal seperti kiposis, atau bungkuk.
6.      Test Diagnostik dan Laboratorium
-            X-ray
-            Bone Mineral Density (BMD) : untuk mengukur densitas tulang
-            Serum kalsium, posphor, alkalin fosfatase
-            Quantitative ultrasound (QUS) : mebgukur densitas tulang dengan gelombang suara
7.      Penatalaksanaan Medis
-            Therapi estrogen
-            Suplemen ca & vitamin D
-            Pemberian kalcitonin
-            Olah raga cukup
-            Kontak sinar matahari
-            Penyebab sekunder dicari dan diatasi
-            Hindari rokok, kopi, alkohol.
B.     Konsep Keperawatan
1.      Pengkajian
a.    Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-             Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit
-             Kebiasaan minum alkohol, kafein
-             Riwayat keluarga dengan osteoporosis
-             Riwayat anoreksia nervosa, bulimia
-             Penggunaan steroid
b.   Pola nutrisi metabolik
-             Inadekuat intake kalsium
c.    Pola aktivitas dan latihan
-             Fraktur
-             Badan bungkuk
-             Jarang berolah raga
d.   Pola tidur dan istirahat
-             Tidur terganggu karena nyeri
e.    Pola persepsi kognitif
-             Nyeri punggung
f.    Pola reproduksi seksualitas
-             Menopause
g.   Pola mekanisme koping terhadap stres
-             Stres, cemas karena penyakitnya
2.      Diagnosa Keperawatan
a.    Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
b.   Nyeri b.d adanya fraktur
c.    Konstipasi b.d imobilitas
d.   Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
3.      Perencanaan
1)        Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh
       HYD: klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh
       Intervensi:
a.    Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas  bahaya bagi klien.
     R/. lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan mengakibatkan fraktur.
b.    Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan atau tongkat.
      R/. Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia.
c.    Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan  cegah klien dari pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan.
      R/. Benturan  yang  keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang sudah  rapuh, porus dan kehilangan kalsium.
d.   Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan dan  tidak mengangkat beban yang berat.
     R/.  Gerakan tubuh yang cepat  dapat mempermudah fraktur compression vertebral pada klien dengan osteoporosis
e.    Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D) dalam mencegah osteoporosis lebih lanjut.
      R/ Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah kehilangan kalsium ekstra dalam tulang.
f.     Anjurkan klien untuk menguragi kafein dan alkohol.
     R/. kafein m berlebihan meningkat  pengeluaran kalsium berlebihan dalam urine; alkohol   berlebihan meningkatkan asidosis,  meningkatkan reabsorpsi  tulang.
g.    Ajarkan klien akan efek dari rokok dalam remodeling tulang.
      R/. rokok meningkatkan asidosis
2)        Nyeri b.d adanya fraktur.
       HYD: Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri, dan nyeri berkurang sampai hilang.
       Intervensi:
a.    Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.
     R/. menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien
b.    Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk mengambil psosisi terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien
     R/. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
c.    Beri kasur  padat dan tidak lentur.
     R/. Memberikan rasa nyaman bagi klien
d.   Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.
     R/. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
e.    Berikan kompres hangat  intermiten dan pijatan punggung.
     R/. kompres hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi otot.
f.     Ajarkan dan anjurkan klien untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir.
     R/. Gerakan  tubuh memuntir dapat meningkatkan risiko cedera.
g.    Bantu klien untuk turun dari tempat tidur.
h.    Pasang  korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.
i.      Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
j.      Opioid  oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.
3.        Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi.
       HYD: Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam seminggu, konsistensi feces lunak, dan tidak ada kolaps pada T10-L2
       Intervensi:
a.    Kaji pola elimeinasi bab klien
R/. menentukan intervensi bila ada gangguan pada eliminasi bab
b.    Berikan diet tinggi serat.
R/. Tinggi serat membantu proses pengosongan usus dan meminimalkan kostipasi
c.    Anjurkan klien minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.
R/. Pemenuhan cairan yang adekuat dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.
d.   Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena  bila terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka  pasien dapat mengalami ileus.
e.    Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja sesuai ketentuan
R/. Membantu meminimalkan konstipasi
4.        Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
       HYD: meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosis, cara pencegahan dan program tindakan
       Intervensi:
a.         Kaji tingkat pengetahuan klien tentang osteoporosis.
b.        Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
c.         Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
d.        Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti  Pengurangan kafein, rokok dan alkohol.
R/. Hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
e.         Anjurkan dan ajarka cara latihan aktivitas fisik sesuai kemampuan klien.
R/. Latihan aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
f.         Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari. R/. Kebutuhan kalsium, vitamin D, terpapar sinar matahari pagi yang memadai dapat  meminimalkan efek oesteoporosis.
g.        Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar