ASUHAN
KEPERAWATAN TUMOR GINJAL
Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………... 1
BAB I : PENAHULUAN………………………………………………………….. 3
A. Latar Belakang……………………………………………………….. 3
B. Tujuan................................................................................................... 3
BAB II : Konsep
Dasar Tumor
Ginja........................................................................ 5
A. Pengertian Tumor Ginjal....................................................................... 5
B. Klasifikasi Tumor Ginjal
C. Tanda dan Gejala
D. Pemeriksaan Penunjang
E. Komplikasi
F. Penatalaksanaan Medik
G. Pencegahan
BAB III : ASUHAN
KEPERAWATAN TUMOR GINJAL
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
C. Rencana Keperawatan
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem perkemihan merupakan
organ vital dalam melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi sisa-sisa
hasil metabolisma tubuh.
Penakajian keperawatan pada system perkemihan adalah salah satu dari
komponen dari proses keperawatan yang merupakan suatau usaha yang dilakukan
oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien meliputi usaha pengumpulan
data, membuktikan data tentang status kesehatan seorang klien. Keahlian dalam
melakukan observasi komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting
untuk mewujudkan fase proses keperawatan.
Tumor ginjal merupakan tumor
urogenitalia nomor tiga terbanyak setelah tumor prostat dan tumor kandung
kemih. Semakin meluasnya penggunaan ultrasonografi abdomen sebagai salah satu
pemeriksaan screening (penyaring) di klinik-klinik rawat jalan, makin banyak
diketemukan kasus-kasus tumor ginjal yang masih dalam stadium awal.
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan pada orang dewasa. Wilms tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa. Kira-kira 500 kasus terdiagnosa tiap tahun di Amerika Serikat. 75% ditemukan pada anak-anak yang normal ; 25% nya terjadi dengan kelainan pertumbuhan pada anak. Tumor ini responsive dalam terapinya, 90% pasien bertahan hidup hingga 5 tahun.
Di Amerika Serikat kanker ginjal meliputi 3% dari semua kanker, dengan rata-rata kematian 12.000 akibat kanker ginjal pertahun. Kanker ginjal sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita (2:1) dan umumnya terdiagnosa pada usia antara 50 – 70 tahun, tapi dapat terjadi pada usia berapa saja juga. Tumor Wilms merupakan sekitar 10% keganasan pada anak. Paling sering dijumpai pada usia 3 tahun dan 10% nya merupakan lesi bilateral.
Karsinoma sel renal adalah jenis kanker ginjal yang banyak ditemukan pada orang dewasa. Wilms tumor atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa. Kira-kira 500 kasus terdiagnosa tiap tahun di Amerika Serikat. 75% ditemukan pada anak-anak yang normal ; 25% nya terjadi dengan kelainan pertumbuhan pada anak. Tumor ini responsive dalam terapinya, 90% pasien bertahan hidup hingga 5 tahun.
Di Amerika Serikat kanker ginjal meliputi 3% dari semua kanker, dengan rata-rata kematian 12.000 akibat kanker ginjal pertahun. Kanker ginjal sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita (2:1) dan umumnya terdiagnosa pada usia antara 50 – 70 tahun, tapi dapat terjadi pada usia berapa saja juga. Tumor Wilms merupakan sekitar 10% keganasan pada anak. Paling sering dijumpai pada usia 3 tahun dan 10% nya merupakan lesi bilateral.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang
konsep dasar tumor ginjal dan assuhan keperawatan tumor ginjal sehingga perawat
mampu melakuakan :
a. Perawat mampu menjelaskan tentang
pengertian tumor ginjal.
b. Perawat mampu menjelaskan tentang etiologi
dari tumor ginjal.
c. Perawat mampu menjelaskan tentang fatofisiologi
tumor ginjal
d. Perawat mampu menjelaskan tentang tanda
dan gejala tumor ginjal
e.
Perawat
mampu menjelaskan tentang pemriksaan penunjang tumor ginjal
f. Perawat mampu menjelaskan tentang
komplikasi tumor ginjal
g. Perawat mampu melakukan penatalaksanaan
medik tumor ginjal
h.
Perawat tahu cara pencegahan tumor ginjal
I.
Perawat mampu melaksanakan asuhan keperawatan
BAB II
KONSEP DASAR TUMOR GINJAL
A.
Pengertian Tumor Ginjal
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di
ginjal. ginjal adalah organ berbentuk kacang yang berfungsi sebagai bagian dari
sistem kemih seseorang. Ini membantu untuk menyaring limbah dan cairan ekstra dari
aliran darah, membuat urin, yang pindah ke kandung kemih dan keluar dari tubuh.
Manusia dilahirkan dengan dua ginjal. Tumor Ginja terbentuk ketika sel tumbuh
terlalu cepat dalam ginjal. Biasanya, sel yang lebih tua mati dan diganti oleh
sel baru. Ketika proses ini berjalan kacau, sel-sel tua tidak mati, dan sel-sel
baru tumbuh ketika mereka tidak dibutuhkan, membuat tumor. Ketika tumor ginjal
jinak, tidak kanker dan tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya. Namun,
kadang-kadang tumor dapat mengganggu fungsi organ, sehingga mereka bisa
diangkat melalui pembedahan.
Jauh lebih
serius adalah tumor ganas ginjal, yang kanker dan dapat menyebar ke area lain
di tubuh seseorang. Jenis tumor ginjal berpotensi mengancam kehidupan. ginjal
sel karsinoma , karsinoma sel transisional , dan 'tumor Wilms adalah tumor
sering didiagnosis kanker ginjal yang paling. Pada orang dewasa, karsinoma sel
ginjal berkembang paling sering. Anak-anak lebih mungkin untuk mengembangkan
'tumor Wilms kanker .
Bila
seseorang memiliki karsinoma sel ginjal, tumor ginjal berkembang dalam sel unit
penyaringan ginjal itu, yang disebut nefron. Sering kali, sel-sel kanker di
daerah ini berkembang sebagai salah satu massa dalam satu ginjal. Namun,
dimungkinkan untuk lebih dari satu tumor ginjal untuk mengembangkan hanya pada
satu ginjal, dan kedua ginjal dapat dipengaruhi oleh tumor pada saat yang sama.
karsinoma
sel Transisi berkembang di lapisan pelvis ginjal , yang merupakan bagian dari
organ yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan pengeringan limbah cair.
Kadang-kadang tumor ini juga terbentuk dalam ureter, yang tabung sempit yang
mengarah ke kandung kemih. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan mengembangkan di
kandung kemih itu sendiri.
'Tumor
Wilms terbentuk dalam ginjal dan dapat menyebar ke limfe node yang dekat
ginjal. Mereka juga bisa menyebar ke hati dan paru-paru. Sayangnya, jenis ini
biasanya mempengaruhi tumor ginjal anak-anak yang kurang dari lima tahun.
Meskipun
setiap orang dapat mengembangkan karsinoma sel ginjal, risiko meningkat dengan
usia, dan mereka yang paling umum pada mereka yang 60 dan di atas. Pria lebih
berisiko daripada wanita, dan merokok dan obesitas juga menjadi faktor risiko.
Mereka yang terkena asbes , kadmium , dan tichlorothylene mungkin lebih
beresiko, sebagai orang-orang yang telah dirawat karena gagal ginjal di masa lalu.
Untuk alasan yang tidak sepenuhnya dipahami, mereka yang tinggi tekanan darah
juga lebih beresiko.
Merokok
juga merupakan faktor risiko untuk mengembangkan karsinoma sel transisional.
Seseorang juga lebih berisiko untuk mengembangkan jenis tumor ginjal ketika ia
bekerja dengan bahan kimia karsinogenik di tempat kerja. Sebuah obat phenacetin
disebut, yang tidak lagi di pasar di Amerika Serikat, telah dikaitkan dengan
jenis tumor ini juga.
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. setiap ginjal memiliki
sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis
(bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung
kemih. Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra,
meninggalkan tubuh melalui penis (pria) dan vulva (wanita).
1. Fungsi ginjal adalah untuk:
a. Menyaring limbah metabolik
b. Menyaring kelebihan natrium dan air dari
darah
c. Membantu membuang limbah metabolik
serta natrium dan air yang berlebihan dari tubuh
d. Membantu mengatur tekanan darah
e. Membantu mengatur pembentukan sel darah.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron).
sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang (kapsula bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus). kapsula bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum renalis.
sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang (kapsula bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus). kapsula bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum renalis.
2. Anatomi ginjal
Kedua ren
terletak retroperitoneal pada dinding abdomen, masing-masing di sisi kanan dan
di sisi kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebrata L3.
Ren dexter terletak sedikit lebih rendah daripada ren sinister karena besarnya
lobus hepatis dexter. Masing-masing ren memiliki facies anterior dan facies
posterior, margo medialis dan margo lateralis, extremitas superior dan extremitas
inferior (Keith, 2002).
Ke arah
kranial masing-masing ren berbatas pada diaphragma yang memisahkannya dari
cavitas pleuralis dan costa XII. Lebih ke kaudal facies posterior ren berbatas
pada musculus quadratus lumborum. Nervus subcostalis dan arteria subcostalis
dan vena subcostalis serta nervus iliohypogastricus melintas ke kaudal dengan
menyilang facies posterior ren secara diagonal. Hepar, duodenum dan colon
ascendens terletak ventral berbatas pada gaster (ventriculus), splen (lien),
pancreas, jejunum dan colon descendens (Keith, 2002).
Pada tepi medial masing-masing ren yang cekung, terdapat celah vertikal yang dikenal sebagai hilum renale, yakni tempat arteria renalis masuk, dan vena renalis serta pelvis renalis keluar. Hilum renale sinistrum terletak dalam bidang transpilorik, kira-kira 5 cm dari bidang median, setinggi vertebra L1. Di hilum renale vena renalis terletak ventral dari arteria renalis yang berada ventral dari pelvis renalis. Hilum renale memberi jalan ke suatu ruang dalam ren yang dikenal sebagai sinus renalis dan berisi pelvis renalis, calices renales, pembuluh, saraf dan jaringan lemak yang banyaknya dapat berbeda-beda (Keith, 2002).
Pada tepi medial masing-masing ren yang cekung, terdapat celah vertikal yang dikenal sebagai hilum renale, yakni tempat arteria renalis masuk, dan vena renalis serta pelvis renalis keluar. Hilum renale sinistrum terletak dalam bidang transpilorik, kira-kira 5 cm dari bidang median, setinggi vertebra L1. Di hilum renale vena renalis terletak ventral dari arteria renalis yang berada ventral dari pelvis renalis. Hilum renale memberi jalan ke suatu ruang dalam ren yang dikenal sebagai sinus renalis dan berisi pelvis renalis, calices renales, pembuluh, saraf dan jaringan lemak yang banyaknya dapat berbeda-beda (Keith, 2002).
Kedua
ureter adalah pipa berotot sempit yang mengantar urin dari kedua ren ke vesica
urinaria. Bagian kranial ureter yang lebar, yakni pelvis renalis terjadi karena
persatuan dua atau tiga callices renales majores yang masing-masing menghimpun
dua atau tiga calices renales minores. Setiap calices renales minores
memperlihatkan sebuah takik yang terjadi karena menonjolnya masuk puncak
pyramis renalis yang disebut papilla renalis. Pars abdominalis ureter melintas
amat dekat pada peritoneum parietale dan terletak retroperitoneal dalam seluruh
panjangnya. Kedua ureter melintas ke arah mediokaudal sepanjang processus
transversi vertebrarum lumbaliorum dan menyilang arteria iliaca externa tepat
distal dari tempat arteria iliaca externa dipercabangkan dari arteria iliaca
communis. Lalu masing-masing ureter menyusuri dinding pelvis lateral untuk
bermuara dalam vesica urinaria (Keith, 2002).
Kedua glandula suprarenalis (adrenalis) masing-masing terletak pada bagian kraniomedial ren. Masing-masing glandula suprarenalis terbungkus dalam capsula fibrosa dan diliputi oleh fascia renalis. Bentuk dan topografi masing-masing glandula suprarenalis berbeda. Glandula suprarenalis dextra yang berbentuk segi tiga, terletak ventral terhadap diaphragma dan ke arah ventral menyentuh vena cava inferior di sebelah medial dan hepar di sebelah lateral. Glandula suprarenalis sinistra yang berbentuk seperti bulan sabit berbatas pada splen, gaster, pancreas dan crus diaphragma (Keith, 2002).
Kedua glandula suprarenalis (adrenalis) masing-masing terletak pada bagian kraniomedial ren. Masing-masing glandula suprarenalis terbungkus dalam capsula fibrosa dan diliputi oleh fascia renalis. Bentuk dan topografi masing-masing glandula suprarenalis berbeda. Glandula suprarenalis dextra yang berbentuk segi tiga, terletak ventral terhadap diaphragma dan ke arah ventral menyentuh vena cava inferior di sebelah medial dan hepar di sebelah lateral. Glandula suprarenalis sinistra yang berbentuk seperti bulan sabit berbatas pada splen, gaster, pancreas dan crus diaphragma (Keith, 2002).
Arteria
renalis dilepaskan setingi discus intervertebralis antara vertebra L1 dan
vertebra L2. Arteria renalis dextra yang lebih panjang melintas dorsal dari
vena cava inferior. Secara khas di dekat hilum renale masing-masing arteri
bercabang menjadi 5 arteria segmentalis yang merupakan arteria akhir-akhir,
artinya ialah bahwa arteri-arteri ini tidak beranostomasis. Arteria segmentalis
melintas ke segmenta renalia. Beberapa vena menyalurkan darah dari ren dan
bersatu menurut pola yang berbeda-beda, untuk membentuk vena renalis. Vena
renalis terletak ventralis terhadap arteria renalis dan vena renalis sinistra
yang lebih panjang melintas ventral terhadap aorta. Masing-masing vena renalis
bermuara ke dalam vena cava inferior (Keith, 2002).
Kedua
glandula suprarenalis memiliki vaskularisasi yang amat luas melalui arteria
suprarenalis yakni cabang arteria phrenica inferior, melalui arteria
suprarenalis media (satu atau lebih) dari aorta abdominalis, dan melalui
arteria suprarenalis inferior dari arteria renalis. Darah dari masing-masing
glandula suprarenalis disalurkan keluar oleh vena suprarenalis yang besar dan
seringkali banyak vena kecil. Vena suprarenalis dextra yang pendek bermuara ke
dalam vena cava inferior sedangkan yang lebih panjag di sebelah kiri bersatu
dengan vena renalis sinistra (Keith, 2002).
Arteri
untuk pars adominalis ureter biasanya berasal dari tiga sumber: arteria
renalis, arteria testicularis atau arteria ovarica dan aorta. Penyaluran balik
darah dari kedua ureter terjadi melalui vena testicularis atau vena ovarica.
Pembuluh limfe ren mengikuti vena renalis dan ditampung oleh nodi lmphoidei
lumbales aortici. Pembuluh limfe dari bagian kranial uereter dapat bersatu
dengan yang berasal dari ren atau langsung ditampung oleh nodi lymphoidei
lumbales. Pembuluh limfe dari bagian tengah ureter biasanya ditampung oleh
kelenjar limfe sepanjang arteria iliaca communis, sedangkan yang berasal dari
bagian kaudal ditampung oleh nodi lymphoidei iliaci interni (Keith, 2002).
Pembuluh
limfe dari glandula suprarenalis berasal dari pleksus di sebelah dalam capsula
glandula suprarenalis dan dari pleksus di sebelah dalam medulla glandula
suprarenalis. Banyak pembuluh limfe keluar dari glandula suprarenalis ;
terbanyak pembuluh-pembuluh ini berakhir dalam nodi lymphoidei lumbales (Keith,
2002).
Saraf-saraf
untuk ren dan ureter berasal dari plexus renalis dan terdiri dari serabut
simpatis dan parasimpatis. Serabut aferen plexus renalis berasal dari nervi
sphlanchnici thoracici. Kedua glandula suprarenalis dipersarafi secara luas
dari pleksus coeliacus dan nervi splanchnici thoracici (Keith, 2002).
B. Klasifikasi Tumor Ginjal
a. Tumor Jinak
1. Hamartoma Ginjal
Definisi :
Hamartoma atau angiomiolipoma
ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri atas komponen lemak, pembuluh darah dan
otot polos. Lesi ini bukan merupakan tumor sejati, tetapi paling cocok disebut
sebagai hamartoma. Tumor jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan
terangkatnya simpai ginjal. Kadang tumor ini ditemukan juga pada lokasi
ektrarenal karena pertumbuhan yang multisentrik (De Jong, 2000). Lima puluh
persen dari hamartoma ginjal adalah pasien Tuberous sklerosis atau penyakit
Bournville yaitu suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan retardasi mental,
epilepsi, adenoma seseum dan terdapat hamartoma di retina, hepar, tulang,
pankreas dan ginjal. Tumor ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria
dengan perbandingan 4 : 1 (Basuki, 2003).
Gambaran Klinis :
Jika tidak bersamaan dengan
penyakit Tuberous sklerosis, hamartoma ginjal sering tanpa menunjukkan gejala
dan kadang-kadang didapatkan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin
dengan ultrasonografi abdomen(Basuki, 2003).
Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan adalah : nyeri pinggang, hematuria, gejala obstruksi saluran kemih bagian atas dan kadang kala terdapat gejala perdarahan rongga retroperitonial(Basuki, 2003).
Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan adalah : nyeri pinggang, hematuria, gejala obstruksi saluran kemih bagian atas dan kadang kala terdapat gejala perdarahan rongga retroperitonial(Basuki, 2003).
Pencitraan:
Karena banyak mengandung komponen lemak inilah yang membedakan hamartoma dengan adenokarsinoma ginjal ; sehingga pada ultasonografi akan terlihat gambaran hiperekoik dan jika dkonfirmasikan dengan CT scan tampak area yang menunjukkan densitas negatif. Gambaran ini patognomonis untuk suatu hamartoma(Basuki,2003).
Karena banyak mengandung komponen lemak inilah yang membedakan hamartoma dengan adenokarsinoma ginjal ; sehingga pada ultasonografi akan terlihat gambaran hiperekoik dan jika dkonfirmasikan dengan CT scan tampak area yang menunjukkan densitas negatif. Gambaran ini patognomonis untuk suatu hamartoma(Basuki,2003).
Diagnosis ditentukan dengan
ditemukannya massa pada ginjal yang pada pielografi intravena terlihat sebagai
massa yang mendesak pada sistem pielum dan kaliks. Pada pemeriksaan
ultrasonografi dapat terlihat massa padat pada ginjal. Dengan arteriografi
sulit membedakan tumor ini dengan tumor ganas karena keduanya memberi bayangan
hipervaskularisasi (De Jong, 2000).
Terapi :
Tumor kecil dan tanpa menimbulkan keluhan tidak perlu diobati, hanya saja memerlukan evaluasi berkala yang teratur untuk mengetahui perkembangan besarnya massa tumor. Jika tumor menjadi semakin besar dan sangat mengganggu perlu dipertimbangkan untuk tindakan nefrektomi(Basuki, 2003).
Terapi :
Tumor kecil dan tanpa menimbulkan keluhan tidak perlu diobati, hanya saja memerlukan evaluasi berkala yang teratur untuk mengetahui perkembangan besarnya massa tumor. Jika tumor menjadi semakin besar dan sangat mengganggu perlu dipertimbangkan untuk tindakan nefrektomi(Basuki, 2003).
2.. Fibroma Renalis
Definisi :
Tumor jinak ginjal yang paling
sering ditemukan ialah fibroma renalis atau tumor sel interstisial
reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja sewaktu
melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun gejala klinis yang signifikan.
Fibroma renalis berupa benjolan massa yang kenyal keras, dengan diameter kurang
dari 10 mm yang terletak dalam medula atau papilla. Tumor tersusun atas sel
spindel dengan kecenderungan mengelilingi tubulus di dekatnya.
3. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna
merupakan tumor berbentuk nodulus berwarna kuning kelabu dengan diameter biasanya
kurang dari 20 mm, yang terletak dalam korteks ginjal. Tumor ini jarang ditemukan, pada autopsi didapat
sekitar 20% dari seluruh autopsi yang dilakukan. Secara histologis tidak jelas perbedaannya dengan
karsinoma tubulus renalis ; keduanya tersusun atas sel besar jernih dengan inti
kecil. Perbedaannya ditentukan hanya berdasarkan ukurannya ; tumor yang
berdiameter kurang dari 30 mm ditentukan sebagai tumor jinak. Perbedaan ini
sepenuhnya tidak dapat dipegang sebab karsinoma stadium awal juga mempunyai
diameter kurang dari 30 mm. Proses ganas dapat terjadi pada adenoma korteks.
4.Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe
dari adenoma yang sitoplasma granulernya (tanda terhadap adanya mitokondria
yang cukup besar dan mengalami distorsi) banyak ditemukan. Onkositoma
kadang-kadang dapat begitu besar sehingga mudah dikacaukan dengan karsinoma sel
renalis.
5. Tumor Jinak Lainnya
Tumor jinak dapat timbul dari
jenis sel apapun dari dalam ginjal. Beberapa menyebabkan masalah klinis,
seperti hemangioma yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan, sehingga
memberikan rasa nyeri atau merupakan predisposisi kehilangan darah yang banyak
sewaktu terjadi trauma.Tumor yang jarang ditemukan ialah tumor sel
jukstaglomerulor yang memproduksi renin yang merupakan penyebab terjadinya
hipertensi (Underwood, 2000). Jenis tumor lain yang pernah ditemui adalah lipoma dan leiomioma (De Jong,
2000).
b.Tumor Ganas (kanker)
Tumor ginjal yang ganas
biasanya berupa tumor padat yang berasal dari urotelium, yaitu karsinoma sel
transisional atau berasal dari sel epitel ginjal atau adenokarsinoma, yaitu
tumor Grawitz atau dari sel nefroblas, yaitu tumor Wilms.
1.Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang berasal dari tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh keganasan pada orang dewasa. Tumor ini paling sering ditemukan pada umur lebih dari 50 tahun. Penemuan kasus baru meningkat setelah ditemukannya alat bantu diagnosa USG dan CT scan (Basuki, 2003).
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 2 : 1. Meskipun tumor ini biasanya banyak diderita pada usia lanjut (setelah usia 40 tahun), tetapi dapat pula menyerang usia yang lebih muda. Kejadian tumor pada kedua sisi (bilateral) terdapat pada 2% kasus (Basuki, 2003).
Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai : tumor Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel Ginjal atau Internist tumor (Basuki, 2003). Serupa dengan sel korteks adrenal tumor ini diberi nama hipernefroma yang dipercaya berasal dari sisa kelenjar adrenal yang embrionik (Underwood, 2000).
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang berasal dari tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh keganasan pada orang dewasa. Tumor ini paling sering ditemukan pada umur lebih dari 50 tahun. Penemuan kasus baru meningkat setelah ditemukannya alat bantu diagnosa USG dan CT scan (Basuki, 2003).
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 2 : 1. Meskipun tumor ini biasanya banyak diderita pada usia lanjut (setelah usia 40 tahun), tetapi dapat pula menyerang usia yang lebih muda. Kejadian tumor pada kedua sisi (bilateral) terdapat pada 2% kasus (Basuki, 2003).
Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai : tumor Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel Ginjal atau Internist tumor (Basuki, 2003). Serupa dengan sel korteks adrenal tumor ini diberi nama hipernefroma yang dipercaya berasal dari sisa kelenjar adrenal yang embrionik (Underwood, 2000).
Etiologi :
Banyak faktor yang diduga
menjadi penyebab timbulnya adenokarsinoma ginjal, tetapi hingga saat ini belum
ditemukan agen yang spesifik sebagai penyebabnya. Merokok merupakan faktor
resiko yang paling dekat dengan timbulnya kanker ginjal. Semakin lama merokok,
dan semakin muda seseorang mulai merokok semakin besar kemungkinan menderita
kanker ginjal. Meskipun belum ada bukti kuat, diduga kejadian kanker ginjal
berhubungan dengan konsumsi kopi, obat-obatan jenis analgetika dan pemberian
estrogen (Basuki, 2003).
Yang diindikasikan sebagai faktor etiologi ialah predisposisi genetik yang diperlihatkan dengan adanya hubungan kuat dengan penyakit Hippel-Lindau (hemangioblastoma serebelum, angiomata retina dan tumor ginjal bilateral) suatu kelainan herediter yang jarang (Underwood, 2000). Jarang ditemukan bentuk familial yang mengikuti pola dominan autosomal. Insidens pada ginjal tapal kuda dan ginjal polikistik pada orang dewasa lebih tinggi daripada ginjal normal (De Jong, 2000).
Yang diindikasikan sebagai faktor etiologi ialah predisposisi genetik yang diperlihatkan dengan adanya hubungan kuat dengan penyakit Hippel-Lindau (hemangioblastoma serebelum, angiomata retina dan tumor ginjal bilateral) suatu kelainan herediter yang jarang (Underwood, 2000). Jarang ditemukan bentuk familial yang mengikuti pola dominan autosomal. Insidens pada ginjal tapal kuda dan ginjal polikistik pada orang dewasa lebih tinggi daripada ginjal normal (De Jong, 2000).
Patologi :
Tumor ini berasal dari tubulus
proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam korteks, dan kemudian
menembus kapsul ginjal. Beberapa jenis tumor bisa berasal dari tubulus distal
maupun duktus kolegentes. Biasanya tumor ini disertai dengan pseudokapsul yang
terdiri atas parenkim ginjal yang tertekan oleh jaringan tumor dan jaringan
fibrosa. Tidak jarang ditemukan kista-kista yang berasal dari tumor yang
mengalami nekrosis dan diresorbsi. Fasia Gerota merupakan barier yang menahan
penyebaran tumor ke organ sekitarnya (Basuki, 2003).
Pada irisan tampak berwarna
kuning sampai oranye disertai daerah nekrosis dan perdarahan (Underwood, 2000),
sedangkan pada gambaran histopatologik terdapat berbagai jenis sel, yakni:
clear cell (30 – 40%), granular (9 – 12%), sarkomatoid, papiler, dan bentuk
campuran (Basuki, 2003). Yang paling sering adalah campuran sel jernih, sel
bergranula dan sel sarkomatoid (De Jong, 2000). Inti yang kecil menunjukkan
sifat ganas tumor. Sitoplasma yang jernih diakibatkan adanya glikogen dan
lemak. Disamping itu di beberapa kasus menunjukkan adanya eosinofilia atau
reaksi leukemoid dalam darah dan pada sebagian kecil penderita timbul
amiloidosis. Secara makroskopis ginjal terlihat distorsi akibat adanya massa
tumor besar yang berbenjol-benjol yang biasanya terdapat pada kutub atas
(Underwood, 2000).
Hipernefroma
kadang-kadang berbentuk kistik. Hal ini dapat memberikan masalah diagnostik.
Tumor biasanya berbatas tegas, tetapi beberapa menembus kapsula ginjal dan
menginfiltrasi jaringan lemak perinefrik. Perluasan ke dalam vena renalis
kadang-kadang dapat dilihat secara makroskopis sekali-sekali terlihat suatu
massa tumor padat meluas ke dalam vena kava inferior dan jarang ke dalam atrium
kanan (Underwood, 2000).
2. Nefroblastoma
Nefroblastoma adalah tumor
ginjal yang banyak menyerang anak berusia kurang dari 10 tahun dan paling
sering dijumpai pada umur 3,5 tahun. Tumor ini merupakan tumor urogenitalia
yang paling banyak menyerang anak-anak. Kurang lebih 10% tumor ini menyerang
kedua ginjal secara bersamaan (Basuki, 2003). Insiden puncaknya antara umur 1- 4 tahun. Anak
perempuan dan laki-laki sama banyaknya. (Underwood, 2000). Tumor Wilms
merupakan 10% dari semua keganasan pada anak. Tumor ini mungkin ditemukan pada
anak dengan kelainan aniridia, keraguan genitalia pada anak dan sindrom
Beckwith-Wiedemann (makroglosi, omfalokel, viseromegah dan hipoglikemia
neonatal). Satu persen dari tumor Wilms ditemukan familial dan diturunkan
secara dominan autosomal. Onkogen
tumor Wilms telah dilokasi pada garis p 13 kromosom 11 (De Jong, 2000).
Nefroblastoma sering dikenal
dengan nama tumor Wilm atau karsinoma sel embrional. Tumor Wilm sering diikuti
dengan kelainan bawaan berupa: anridia, hemihipertrofi dan anomali organ
urogenitalia (Basuki, 2003).
Patologi
Tumor berasal dari blastema metanefrik dan terdiri atas blastema, stroma dan epitel. Dari irisan berwarna abu-abu dan terdapat fokus nekrosis atau perdarahan. Secara histopatologis dibedakan 2 jenis nefroblastoma, yaitu Favorable dan Unfavorable (Basuki, 2003). Kadang tidak tampak unsur epitel atau stroma (De Jong, 2000).
Patologi
Tumor berasal dari blastema metanefrik dan terdiri atas blastema, stroma dan epitel. Dari irisan berwarna abu-abu dan terdapat fokus nekrosis atau perdarahan. Secara histopatologis dibedakan 2 jenis nefroblastoma, yaitu Favorable dan Unfavorable (Basuki, 2003). Kadang tidak tampak unsur epitel atau stroma (De Jong, 2000).
Secara makroskopis tumor ini tampak sebagai massa yang besar dan sering
meluas menembus kapsula dan menginfiltrasi jaringan lemak perinefrik dan bahkan
sampai ke dasar mesenterium. Potongannya menunjukkan berbagai macam gambaran
yang merefleksikan jenis jaringan yang ditemukan pada pemeriksaan histologis.
Daerah perdarahan dan nekrosis sering ditemukan menyatu dengan jaringan tumor
solid yang berwarna putih bersama dengan daerah kartilago dan musinosa. Secara histologis kedua jaringan epitel
dan mesenkim dapat ditemukan dimana tumor berasal dari jaringan mesonefrik
mesoderm. Glomerolus dan tubulus terbentuk tidak sempurna yang terletak dalam
stroma sel spindel. Otot serat lintang sering ditemukan pada tumor ini bersama
dengan jaringan fibrosa miksoid, kartilago, tulang dan lemak, sehingga
membentuk susunan campuran yang sedikit aneh. (Underwood, 2000)
Penyebaran :
Setelah keluar dari kapsul ginjal tumor akan mengadakan invasi ke organ di sekitarnya dan menyebar secara limfogen melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara hematogen melalui vena renalis ke vena kava kemudian mengadakan metastasis ke paru (85%), hati (10%) dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal kontralateral (Basuki, 2003).
Stadium
NWTS (National Wilm’s Tumor Study) membagi tingkat penyebaran tumor ini (setelah dilakukan nefrektomi) dalam 5 stadium:
I. Tumor terbatas pada ginjal dan dapat dieksisi sempurna, tidak ada metastasis limfogen (N0).
Penyebaran :
Setelah keluar dari kapsul ginjal tumor akan mengadakan invasi ke organ di sekitarnya dan menyebar secara limfogen melalui kelenjar limfe para aorta. Penyebaran secara hematogen melalui vena renalis ke vena kava kemudian mengadakan metastasis ke paru (85%), hati (10%) dan bahkan pada stadium lanjut menyebar ke ginjal kontralateral (Basuki, 2003).
Stadium
NWTS (National Wilm’s Tumor Study) membagi tingkat penyebaran tumor ini (setelah dilakukan nefrektomi) dalam 5 stadium:
I. Tumor terbatas pada ginjal dan dapat dieksisi sempurna, tidak ada metastasis limfogen (N0).
II. Tumor meluas keluar simpai
ginjal dan dapat dieksisi sempurna mungkin telah mengadakan penetrasi ke
jaringan lemak perirenal, limfonodi para aorta atau ke vasa renalis (N0).
III. Ada sisa sel tumor di abdomen yang mungkin
berasal dari: biopsi atau ruptur yang terjadi sebelum atau selama operasi (N+).
IV. Metastasis hematogen ke paru, tulang, atau otak (M+)
V. Tumor bilateral (Basuki, 2003).
Stadium penyebaran tumor menurut TNM
T Tumor primer
T1 Unilateral permukaan (termasuk ginjal) <80>80 cm2
T3 Unilateral ruptur sebelum penanganan
T4 Bilateral
N Metastasis limf
N0 Tidak ditemukan metastasis
N1 Ada metastasis limf
M Metastasis jauh
M0 Tidak ditemukan
M+ Ada metastasis jauh (De Jong, 2000).
IV. Metastasis hematogen ke paru, tulang, atau otak (M+)
V. Tumor bilateral (Basuki, 2003).
Stadium penyebaran tumor menurut TNM
T Tumor primer
T1 Unilateral permukaan (termasuk ginjal) <80>80 cm2
T3 Unilateral ruptur sebelum penanganan
T4 Bilateral
N Metastasis limf
N0 Tidak ditemukan metastasis
N1 Ada metastasis limf
M Metastasis jauh
M0 Tidak ditemukan
M+ Ada metastasis jauh (De Jong, 2000).
Gambaran Klinis :
Biasanya pasien dibawa ke
dokter oleh orang tuanya karena diketahui perutnya membuncit, ada benjolan di
perut sebelah atas atau diketahui kencing berdarah. Pada pemeriksaan
kadang-kadang didapatkan hipertensi, massa padat pada perut sebelah atas yang
kadang-kadang telah melewati garis tengah dan sulit digerakkan. Pada
pemeriksaan ultrasonografi abdomen terdapat massa padat pada perut
(retroperitonial) sebelah atas yang dalam hal ini harus dibedakan dengan
neuroblastoma atau teratoma (Basuki, 2003). Presentasi klinis yang sering
adalah adanya massa dalam abdomen. Gambaran klinis awalnya dapat sebagai
hematuria. Nyeri abdomen dan obstruksi intestinal (Underwood,
2000).
Pemeriksaan PIV, tumor Wilm
menunjukkan adanya distorsi sistem pelvikalis atau mungkin didapatkan ginjal
non visualized, sedangkan pada neuroblastoma terjadi pendesakan sistem kaliks
ginjal ke kaudo-lateral (Basuki, 2003).
Pemeriksaan :
Pencitraan ginjal dapat dilakukan dengan ultrasonografi yang dapat menemukan tumor padat pada ginjal, yang pada anak kemungkinan paling besar tumor Wilms. Pielogram intravena juga dapat menunjukkan perubahan bayangan ginjal dan gambaran pelviokaliks dan sekaligus memberi kesan mengenai faal ginjal. CT scan dapat memberi gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus menunjukkan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitar. Pemeriksaan untuk mencari metastasis biasanya dengan foto toraks dan CT scan otak (De Jong, 2000).
Pemeriksaan MRI tidak menambah banyak keterangan untuk tumor Wilms. Pemeriksaan penunjang lain ialah biopsi jarum yang hanya dibenarkan apabila tumor sangat besar sehingga diperkirakan akan sukar untuk mengangkat seluruh tumor. Pungsi dilakukan sekadar untuk mendapatkan sediaan patologik untuk kepastian diagnosis dan menentukan radiasi atau terapi sitostatika prabedah untuk mengecilkan tumor (De Jong, 2000).
Diagnosis Banding :
Pemeriksaan :
Pencitraan ginjal dapat dilakukan dengan ultrasonografi yang dapat menemukan tumor padat pada ginjal, yang pada anak kemungkinan paling besar tumor Wilms. Pielogram intravena juga dapat menunjukkan perubahan bayangan ginjal dan gambaran pelviokaliks dan sekaligus memberi kesan mengenai faal ginjal. CT scan dapat memberi gambaran pembesaran ginjal dan sekaligus menunjukkan pembesaran kelenjar regional atau infiltrasi tumor ke jaringan sekitar. Pemeriksaan untuk mencari metastasis biasanya dengan foto toraks dan CT scan otak (De Jong, 2000).
Pemeriksaan MRI tidak menambah banyak keterangan untuk tumor Wilms. Pemeriksaan penunjang lain ialah biopsi jarum yang hanya dibenarkan apabila tumor sangat besar sehingga diperkirakan akan sukar untuk mengangkat seluruh tumor. Pungsi dilakukan sekadar untuk mendapatkan sediaan patologik untuk kepastian diagnosis dan menentukan radiasi atau terapi sitostatika prabedah untuk mengecilkan tumor (De Jong, 2000).
Diagnosis Banding :
Benjolan pada perut sebe lah
atas yang terdapat pada anak-anak dapat disebabkan oleh karena: (1)
hidronefrosis/ kista ginjal yang keduanya merupakan massa yang mempunyai
konsistensi kistus, (2) neuroblastoma intrarenal biasanya keadaan pasien lebiih
buruk dan pada pemeriksaan laboratorium kadar VMA (Vanyl Mandelic Acid) dalam
urin mengalami peningkatan dan (3) teratoma retroperitonium (Basuki, 2003).
Penatalaksanaan :
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah kontralateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. Pembedahan ini kadang kala diawali dengan pemberian sitostatika atau radiasi (Basuki, 2003).
Penatalaksanaan :
Jika secara klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah kontralateral normal, dilakukan nefrektomi radikal. Pembedahan ini kadang kala diawali dengan pemberian sitostatika atau radiasi (Basuki, 2003).
1.
Sitostatika. Pemberian sitostatika dimulai sebelum pembedahan dan dilanjutkan
beberapas eri setelah pembedahan dengan memberikan hasil yang cukup memuaskan.
Sitostatika yang dipergunakan adalah kombinasi dari Actinomisin D dengan
Vincristine.
2. Radiasi
Eksterna. Tumor Wilm memberikan respon yang cukup baik terhadap radioterapi
(bersifat radiosensitif). Radiasi diberikan sebelum atau setelah operasi dan
kadang kala diberikan berselingan dengan sitostatika sebagai terapi sandwich
(Basuki, 2003).
3.
Nefrektomi radikal merupakan terapi terpilih apabila tumor belum melewati garis
tengah dan belum menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limf
retroperitoneal total tidak perlu dilakukan, tetapi biopsi kelenjar di daerah
hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan.
Pada pembedahan perlu
diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi (sampai 10%). Apabila ditemukan penjalaran tumor ke v. Kava, tumor
tersebut harus diusahakan diangkat. Pada waktu pembedahan harus diusahakan agar
tidak terjadi penyebaran untuk mencegah kenaikan tingkat keganasan klinis. Pada
awal pembedahan v. Renalis dan v. Kava sebaiknya ditutup dengan klem, sebelum
memanipulasi ginjal yang kena tumor. Pada tumor bilateral harus dilakukan
pemeriksaan patologi dengan biopsi jarum untuk menentukan diagnosa dan perangai
histologik. Apabila termasuk golongan prognosis baik, dapat diberikan
kemoterapi disusul dengan nefrektomi parsial. Kalau termasuk golongan prognosis
buruk harus dilakukan nefrektomi bilateral, kmoterapi dan radiotrapi kemudian
dialisis atau transplantasi ginjal (De Jong, 2000).
Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif. Akan tetapi radioterapi dapat mengganggu
pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, paru dan hati. Oleh karena
itu radioterapi hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk
golongan patologi prognosis buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor
pasca bedah juga diberikan radioterapi (De Jong, 2000).
Tumor Wilms merupakan tumor
yang kemosensitif terhadap beberapa obat anti tumor, seperti aktinomisin D,
vinkristin, doksorubisin, siklofosfamid dan sisplatin. Biasanya kemoterapi
diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu. Dengan terapi kombinasi seperti di atas
dapat dicapai kelanjutan hidup lebih dari 90% dan bebas penyakit 85%. Pada
tumor bilateral, kelanjutan hidup 3 tahun adalah 80% (De Jong, 2000).
Prognosis :
Tumor ini tumbuh dengan cepat dan agresif. Pada waktu didiagnosis telah ditemukan penyebaran dalam paru. Kombinasi pengobatannya radioterapi, khemoterapi dan pembedahan meningkatkan secara nyata prognosis penyakit ini. Prognosis buruk menunjukkan gambaran histologik dengan bagian yang anaplastik, inti yang atipik, hiperdiploidi dan banyak translokasi kompleks (De Jong, 2000).
Tumor ini tumbuh dengan cepat dan agresif. Pada waktu didiagnosis telah ditemukan penyebaran dalam paru. Kombinasi pengobatannya radioterapi, khemoterapi dan pembedahan meningkatkan secara nyata prognosis penyakit ini. Prognosis buruk menunjukkan gambaran histologik dengan bagian yang anaplastik, inti yang atipik, hiperdiploidi dan banyak translokasi kompleks (De Jong, 2000).
c. Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis histopatologinya tumor ini dibedakan dalam dua jenis yaitu :
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis histopatologinya tumor ini dibedakan dalam dua jenis yaitu :
(1) karsinoma sel transitional.
(2)
karsinoma sel skuamosa. Seperti halnya mukosa yang terdapat pada kaliks,
buli-buli dan uretra proksimal, pielum juga dilapisi oleh sel-sel transitional
dan mempunyai kemungkinan untuk menjadi karsinoma transitional. Karsinoma sel
skuamosa biasanya merupakan metaplasia sel-sel pelvis renalis karena adanya
batu yang menahun pada pelvis renalis (Basuki, 2003).
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel renalis, dimana sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel transitional yang berasal dari urotelium pelvis renalis, karena pertumbuhannya ke dalam rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini akan ditandai dengan adanya hematuria atau obstruksi (Underwood, 2000)
Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai vena renalis (Underwood, 2000)
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel renalis, dimana sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel transitional yang berasal dari urotelium pelvis renalis, karena pertumbuhannya ke dalam rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini akan ditandai dengan adanya hematuria atau obstruksi (Underwood, 2000)
Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai vena renalis (Underwood, 2000)
Etiologi :
Ditemukan hubungan antara tumor ini dengan penyalahgunaan pemakaian obat analgesik, dan terkena zat warna anilin yang digunakan pada pewarnaan, karet, plastik dan industri gas. Beberapa penderita dilaporkan mendapat karsinoma sel transisional beberapa tahun setelah menggunakan thorotrast, suatu α-emiter, yang digunakan pada pielografi retrograde (Underwood, 2000)
Gambaran Klinis :
Ditemukan hubungan antara tumor ini dengan penyalahgunaan pemakaian obat analgesik, dan terkena zat warna anilin yang digunakan pada pewarnaan, karet, plastik dan industri gas. Beberapa penderita dilaporkan mendapat karsinoma sel transisional beberapa tahun setelah menggunakan thorotrast, suatu α-emiter, yang digunakan pada pielografi retrograde (Underwood, 2000)
Gambaran Klinis :
Yang paling sering dikeluhkan
oleh pasien adalah kencing darah (80%), kadang-kadang disertai dengan nyeri
pinggang dan teraba massa pada pinggang. Keadaan tersebut disebabkan oleh massa
tumor atau akibat obstruksi oleh tumor yang menimbulkan hidronefrosis (Basuki,
2003).
Pada pemeriksaan PIV terdapat filling defect yang nampak seolah-olah seperti batu radiolusen, tuberkuloma, atau hemangioma pada pielum ginjal. Untuk itu bantuan ultrasonografi atau CT scan dapat membedakannya (Basuki, 2003).
Pemeriksaan sitologi urin dengan mengambil contoh urin langsung ke dalam pielum melalui kateter ureter. Melalui alat ureterorenoskopi dapat dilihat langsung keadaan pielum. Jika dicurigai ada massa pada pielum diambil contoh jaringan untuk pemeriksaan histopatologi (Basuki, 2003).
Tumor sel transisional tumbuh berpapil-papil, serupa dengan tumor ureter dan vesika urinaria. Sering ditemukan karsinoma sel transisional pada seluruh traktus urinarius, yang sugestif adanya perubahan dari daerah urothelial. Bentuk papil tumor memudahkan terjadinya kerusakan pada massa tumor bagian ujungnya, yang dapat terlepaskan. Hal ini menyebabkan sel tumor yang atipik dapat dideteksi dalam urin penderita, sehingga memungkinkan tumor ini didiagnosis berdasarkan pemeriksaan sitologi urin dan dilakukan screening (Underwood, 2000).
Pada pemeriksaan PIV terdapat filling defect yang nampak seolah-olah seperti batu radiolusen, tuberkuloma, atau hemangioma pada pielum ginjal. Untuk itu bantuan ultrasonografi atau CT scan dapat membedakannya (Basuki, 2003).
Pemeriksaan sitologi urin dengan mengambil contoh urin langsung ke dalam pielum melalui kateter ureter. Melalui alat ureterorenoskopi dapat dilihat langsung keadaan pielum. Jika dicurigai ada massa pada pielum diambil contoh jaringan untuk pemeriksaan histopatologi (Basuki, 2003).
Tumor sel transisional tumbuh berpapil-papil, serupa dengan tumor ureter dan vesika urinaria. Sering ditemukan karsinoma sel transisional pada seluruh traktus urinarius, yang sugestif adanya perubahan dari daerah urothelial. Bentuk papil tumor memudahkan terjadinya kerusakan pada massa tumor bagian ujungnya, yang dapat terlepaskan. Hal ini menyebabkan sel tumor yang atipik dapat dideteksi dalam urin penderita, sehingga memungkinkan tumor ini didiagnosis berdasarkan pemeriksaan sitologi urin dan dilakukan screening (Underwood, 2000).
Dengan adanya batu pelvis,
urothelium dapat mengalami metaplasia squamosa. Telah diketahui bahwa
terjadinya karsinoma skuamosa ada hubungannya dengan terdapatnya batu dan
infeksi kronis, tetapi dapat pula timbul langsung dari epitel transisional.
Secara makroskopik biasanya tumor ini berbentuk datar dan infiltaratif dengan
prognosisnya yang buruk (Underwood, 2000).
Terapi :
Tumor ini kurang memberikan respon pada pemberian sitostatika maupun radiasi eksterna. Terapi yang paling baik untuk tumor ini pada stadium awal adalah nefroureterektomi dengan mengambil cuff dari buli-buli (Basuki, 2003).
Prognosis :
Prognosisnya kurang baik, terutama pada penderita dengan tumor yang berdiferensiasi buruk, dan tumor multipel sering ditemukan pada ureter dan vesika urinaria.
Tumor ini kurang memberikan respon pada pemberian sitostatika maupun radiasi eksterna. Terapi yang paling baik untuk tumor ini pada stadium awal adalah nefroureterektomi dengan mengambil cuff dari buli-buli (Basuki, 2003).
Prognosis :
Prognosisnya kurang baik, terutama pada penderita dengan tumor yang berdiferensiasi buruk, dan tumor multipel sering ditemukan pada ureter dan vesika urinaria.
C. Tanda dan Gejala
Gejala dan Tanda Klinis
Didapatkan ketiga tanda trias klasik berupa: nyeri pinggang, hematuria dan massa pada pinggang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut. Nyeri terjadi akibat invasi tumor ke dalam organ lain, sumbatan aliran urin atau massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal.
Secara klinis kelainan ini terpaparkan sebagai keluhan hematuria.
Febris yang disebabkan karena nekrosis tumor atau terbebasnya pirogen endogen oleh tumor ginjal.
Didapatkan ketiga tanda trias klasik berupa: nyeri pinggang, hematuria dan massa pada pinggang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut. Nyeri terjadi akibat invasi tumor ke dalam organ lain, sumbatan aliran urin atau massa tumor yang menyebabkan peregangan kapsula fibrosa ginjal.
Secara klinis kelainan ini terpaparkan sebagai keluhan hematuria.
Febris yang disebabkan karena nekrosis tumor atau terbebasnya pirogen endogen oleh tumor ginjal.
Hipertensi
yang mungkin disebabkan karena: oklusi vaskuler akibat penekanan oleh tumor,
terjadinya A-V (arteri-venous) shunting pada massa tumor atau hasil produksi
subtansi Pressor Oleh tumor.
Anemi
karena terjadinya perdarahan intra tumoral
Varikokel akut yang tidak
mengecil dengan posisi tidur. Varikokel ini terjadi akibat obstruksi vena
spermatika interna karena terdesak oleh tumor ginjal atau tersumbat oleh
trombus sel-sel tumor.
Tanda-tanda metastasis ke paru atau hepar.
Tanda-tanda metastasis ke paru atau hepar.
Kadang-kadang ditemukan sindroma paraneoplastik,
yang terdiri atas:
(1) Sindroma Staufer (penurunan fungsi liver
yang tidak ada hubungannya dengan metastasis pada hepar dengan disertai
nekrosis pada berbagai area pada liver)
(2) hiperkalsemia (terdapat
pada 10% kasus kanker ginjal),
(3) polisitemia akibat
peningkatan produksi eritropoietin oleh tumor, dan
(4) hipertensi akibat
meningkatnya kadar renin(Basuki, 2003).
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labolatorium tidak
banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju endap darah yang meninggi dan
kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini
ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk
Pada foto polos abdomen akan
tampak masa jaringan lunak dan jarang ditemukan klsifikasi didalamnya
Pemeriksaan pielografi intravena
dapat memperlihatkan gambaran distori, penekanan dan pemanjangan susunan pelvis
dan kalises. Dari pemeriksaan renoarteriogram didaptkan gambaran arteri yang
memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam
paru-paru.
E. Komplikasi
F. Penatalaksanaan medik
1.
Nefrektomi. Tumor yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal
yaitu mengangkat ginjal beserta kapsula gerota. Beberapa kasus yang
sudah dalam stadium lanjut tetapi masih mungkin unutk dilakukan operasi, masih dianjurkan
untuk dilakukan nefrektomi paliatif. Pada beberapa tumor yang telah mengalami
metastasis, setelah tindakan nefrektomi ini sering didahului dengan embolisasi
arteri renalis yang bertujuan untuk memudahkan operasi(Basuki, 2003).
2. Hormonal. Penggunaan terapi hormonal belum banyak
diketahui hasilnya. Preparat yang dipakai adalah hormon progestagen. Dari berbagai literatur disebutkan bahwa
pemberian preparat hormon tidak banyak memberi manfaat (Basuki, 2003).
3.
Imunoterapi. Pemberian imunoterapi dengan memakai interferon atau
dikombinasikan dengan interleukin saat ini sedang dicoba di negara-negara maju.
Karena harganya sangat mahal dan hasil terapi dengan obat-obatan imunoterapi
masih belum jelas, maka pemakaian obat ini masih sangat terbatas (Basuki,
2003).
4. Radiasi
Eksterna. Radiasi eksterna tidak banyak memberi manfaat pada adenokarsinoma
ginjal karena tumor ini adalah tumor yang radioresisten (Basuki, 2003).
5.
Sitostatika. Demikian pula pemakaian sitostatika tidak banyak memberikan
manfaat pada tumor ginjal (Basuki, 2003).
G.Pencegahaan
pencegahan terhadap ancaman oenyakit ini adalah dengan menerapkan gaya
hidup sehat. Mengkonsumsi makanan yang sehat , yang dapat menurunkan risiko
terjadinya penyakit tumor ginjal ini. Tidak merokok, karena merokok salah satu
yang dapat mengakibatkan terjadinya tumor ginjal.
BAB II
ASUHAN
KEPERAWATAN TUMOR GINJAL
A.
Pengkajian
Identitas Klien
2. Riwayat penyakit sekarang : Klien
mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar mata dan seluruh
tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,
muntah dan diare. Badan panas
hanya sutu hari pertama sakit.
Pengkajian fisik
Pengkajian Perpola
1]. Pola nutrisi dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas
hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya
retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah
mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak
adekuat. BB meningkat karena
adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2]. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada
gangguan, eliminasi uri :
gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat
diekskresi dan
terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami
gangguan yang menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri,
hematuria.
3]. Pola Aktifitas dan latihan :
Pada Klien dengan kelemahan
malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam
perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1
minggu. Adanya edema paru maka
pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba ,
auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi
napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea
dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh
spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena
hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
4]. Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur
terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia. keletihan, kelemahan
malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik
kasar dan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat
terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi terjadi pada hari
pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas yang menurun.
6]. Persepsi diri :
Klien cemas dan
takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali
seperti semula
7]. Hubungan peran :
Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan perawatann yang baru serta
kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
5.
B. Diagnosa Keperawatan
yang Mungkin Muncul
1.Kelebihan volume cairan
(tubuh total) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan ruang
ketiga.
2.
Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
3. Resiko tinggi kekurangan
volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan
4. Nyeri berhubungan dengan
efek fisiologis dari neoplasia
5.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelelahan
6.Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam
kehidupan
C.Rencana
Keperawatan
Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan
dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan ruang ketiga.
Tujuan :
- Pasien
tidak menunjukan bukti-bukti akumulasi cairan atau akumulasi cairan yang
ditujukan pasien minimum
- Pasien
mendapat volume cairan yang tepat
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Catat
intake dan output secara akurat
2. Kaji
perubahan edema dan Pembesaran abdomensetiap hari
3. Timbang
BB tiap hari dalam skala yang sama
4. Uji
urin untuk berat jenis, albumin
5. Atur
masukan cairan dengan cermat
6. Berikan
diuretik sesuai order dari tim medis
|
Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan
Indikator akumulasi cairan dijaringan dan dirung ketiga
BJ Urine dan albuminnuria menjadi indikator regimen terapi
Sehingga anak tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang ditentukan
Pengurangan cairan ekstravaskuler sangat diperlukan dalam mengurangi
oedema
|
2.
Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan
penurunan intake.
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Catat
intake dan output makanan secara akurat
2. Kaji
adanya tanda-tanda perubahan nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia.
3. Beri
diet yang bergizi
4. Beri
makanan dalam porsi kecil tapi sering
5. Beri
suplemen vitamin dan besi sesuai instruksi
|
Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
Gangguan nutrisi dapat terjadi secara berlahan. Diare sebagai reaksi
oedema intestine dapat memperburuk status nutrisi
Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk
Membantu dalam proses metabolisme.
|
3.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
(intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein dan cairan
Tujuan : kehilangan cairan intravaskuler atau syok hipovolemik yang
ditujukan pasien minimum atau tidak ada
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pantau
tanda vital setiap 4 jam
2. Laporkan
adanya penyimpangan dari normal
3. Berikan albumin bergaram rendah sesui indikasi
|
Bukti fisik defisit cairan.
Sehingga pengobatan segra dilakukan
Meningkatkan tekanan osmotik koloid sehingga mempertahangkan cairan dalam
vaskuler
|
4.
Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
Tujuan : Paien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat
yang dapat diterima anak.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat nyeri
2. Lakukan tehnik pengurangan nyeri
nonfarmakologis
3. Berikan analgesik sesuai
ketentuan
4. berikan
obat dengan jadwal preventif
5. hindari
aspirin atau senyawanya
|
Menentukan tindakan selanjutnya
Sebagai analgesik tambahan
Mengurangi rasa sakit
Untuk mencegah kambuhnya nyeri
Karena aspirin meningkatkan kecenderungan pendarahan
|
5.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Pasien mendapat istrahat yang adekut
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pertahangkan
tirah baring bilah terjadi edema berat
2. seimbangkan
istrahat dan aktivitas bila ambulasi
3. intrusikan
pada anak untuk istrahat
bila ia merasa lelah
|
Mengurangi pengeluaran energi.
Mengurangi kelelahan pada pasien
Untuk mmenghemat energi
|
6.
Perubahan proses
keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang
mengancam kehidupan
Tujuan : Pasien (keluarga) menunjukan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik/terapi
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
1. Jelaskan
alasan setiap tes dan prosedur
2. Jelaskan
prosedur operatif dengan jujur
3. Jelaskan
tentang proses penyakit
4. Bantu
keluarga merencanakan masa depan khususnya dalam membatu anak menjalani
kehidupan yang normal
|
Memberikan pengertian pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Memberikan pengetahuan pada keluarga
Meringangkan beban pada keluarganya
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal. ginjal adalah
organ berbentuk kacang yang berfungsi sebagai bagian dari sistem kemih
seseorang. Ini membantu untuk menyaring limbah dan cairan ekstra dari aliran
darah, membuat urin, yang pindah ke kandung kemih dan keluar dari tubuh. Manusia
dilahirkan dengan dua ginjal.
Diagnosa
Keperawatan yang Mungkin Muncul
1.Kelebihan volume cairan (tubuh total) berhubungan dengan akumulasi
cairan dalam jaringan dan ruang ketiga.
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan
dengan kehilangan protein dan cairan
4. Nyeri berhubungan dengan
efek fisiologis dari neoplasia
5.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelelahan
6.Perubahan proses keluarga
berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam
kehidupan
B. Saran-Saran
Biasakan untuk gaya hidup sehat, karena dengan ini membuat kita terhindar
dari berbagai macam penyakit. Kita bisa hidup sehat sehingga kitapun tidak
mudah untuk terkena tumor ginjal